
Kasat Binmas Polres Majene Hadiri Upacara Peringatan Peristiwa Panyapuang di Monumen 40.000 Jiwa
Majene – Kasat Binmas Polres Majene, Iptu Rustan, menghadiri upacara dan ziarah peringatan Peristiwa Panyapuang, tragedi pembantaian penduduk sipil oleh tentara Belanda yang terjadi pada masa agresi militer.
Acara ini berlangsung di Monumen Korban 40.000 Jiwa, Desa
Galung Lombok, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar, pada Rabu
(11/12/2024).
Upacara ini dipimpin oleh Sekretaris Daerah Kabupaten
Majene, H. Ardiansyah, S.Stp, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup).
Sementara itu, Kapten Inf Wardi (Danramil 1401-03/Sendana) berperan sebagai
Komandan Upacara.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat penting
dari berbagai instansi, di antaranya Sekda Polewali Mandar I Nengah Tri
Sumanada, Kasdim 1401/Majene, Ketua Pengadilan Negeri Majene, Kasi Datun Kejari
Majene, Ketua Pengadilan Agama Majene, Sekretaris Dewan Kabupaten Polewali
Mandar, anggota DPRD Polewali Mandar, dan tamu undangan lainnya.
Upacara tersebut merupakan bagian dari peringatan tragedi
Panyapuang, yang dikenal sebagai salah satu peristiwa kelam dalam sejarah
perjuangan rakyat Sulawesi Barat melawan penjajahan.
Peristiwa ini menewaskan ribuan penduduk sipil, menjadi
simbol pengorbanan dan perjuangan rakyat melawan kekejaman kolonialisme.
Kasat Binmas Polres Majene, IPTU Rustan, dalam
keterangannya, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan acara ini sebagai bentuk
penghormatan terhadap para korban yang gugur dalam peristiwa tersebut.
“Kita mengenang jasa dan perjuangan mereka sebagai
pengingat pentingnya persatuan dan semangat untuk mempertahankan kemerdekaan.
Ini juga sebagai edukasi bagi generasi muda agar memahami sejarah dan
menghargai pengorbanan para pahlawan,” ujar IPTU Rustan.
Selain upacara resmi, kegiatan ini juga melibatkan
prosesi ziarah ke Monumen Korban 40.000 Jiwa. Para peserta upacara memberikan
penghormatan dengan mengheningkan cipta, meletakkan karangan bunga, dan menabur
bunga di makam para korban sebagai simbol penghormatan dan doa.
Acara ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk
mempererat rasa nasionalisme dan mengenang kembali perjuangan rakyat dalam
merebut kemerdekaan, sekaligus menjadi pengingat agar tragedi serupa tidak
terulang di masa depan.